RidwanKamil Catwalk Bareng Bonge Citayam. (IST) Viral Video, RANCAH POST - Situ Rawa Kalong yang berlokasi di Kelurahan Curug, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok telah diresmikan oleh Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil pada Jumat, 5 Agustus 2022. Diketahui, peresmian itu dilakukan setelah Pemprov Jawa Barat usai merevitalisasi situ atau danau
FenomenaCitayam Fashion Week ternyata berawal dari para remaja, yang berkumpul di kawasan Sudirman, Jakarta Pusat, hanya untuk sekadar nongkrong dan mencari hiburan dengan mengenakan fashion atau outfit yang nyentrik. Hingga konsep catwalk ala model profesional terealisasikan, untuk memenuhi kebutuhan konten di sosial media.
Dream- Penyelenggaraan Vertical Catwalk Fashion Show meramaikan perayaan hari batik nasional yang ke-8. Acara yang digagas Yayasan Batik Indonesia ini menjadi puncak Karnaval Batik Indonesia yang digelar di Sarinah pada Minggu, 1 Oktober 2017." Hari ini adalah hari puncaknya Pesta Batik Indonesia, berupa karnaval.
Merekaberdua diyakini hendak melakukan berjalan catwalk fashion show seperti fenomena yang tengah marak usai Citayam Fashion Week viral. Di antara yang paling populer adalah nasi pecel. Lihat Lainnya . August, 02 2022. Ritual Bersih Desa Doko Kediri Pasca Dua Tahun Pandemi Covid-19.
MuhadjirTawarkan Citayam Fashion Week Digelar di Kantor Kementerian PMK Bupati Cianjur Dukung Gelaran Fashion Week di Daerahnya, Pendopo Siap Jadi "Catwalk". "itu (perempuan) paling celana kulot bahan levis gitu, kalau ini (saya pakai) cargo, kalau kulot (perempuan) besar ukurannya, cewe sih yang banyak pakai (kulot)," kata Iiz. 2 dari 2 halaman.
Untukbisa menjadi seorang model baik untuk peragaan catwalk, fashion show, iklan maupun yang lainnya maka syarat umum yang harus Anda miliki adalah memiliki wajah menarik dan tubuh yang proporsional. Pada peragaan seperti catwalk, tinggi badan minimal yang harus Anda miliki biasanya adalah 170 cm untuk wanita dan 180 cm untuk pria.
GGmv. Inilah 10 tempat terbaik bagi para desainer untuk menunjukan atau menampilkan hasil karyanya di Jakarta. Maroush Fashion show merupakan event yang sangat penting bagi para Designer Fashion untuk menunjukan atau menampilkan hasil karyanya. Selain para model dan design fashion yang ingin ditampilkan, pemilihan tempat atau venue untuk event ini juga menjadi salah satu faktor yang harus diperhatikan. Venue, model dan karya designnya harus diselaraskan menjadi 1 tema agar event ini menjadi semakin istimewa. Venue juga menjadi salah element penting dalam event fashion show karena dengan tempat dan dekorasi yang bagus atau unik dapat menambakan value tersendiri pada event tersebut. Grand Hyatt Jakarta Merupakan salah satu hotel bintang 5 terbaik di Jakarta yang fleksibel dan dapat memfasilitasi berbagai jenis acara berskala besar yang salah satunya adalah Fashion Show. Dari kapasitas tempat, Grand Ballroom sendiri dapat menampung kapasitas sampai lebih dari 800 orang dan dilengkapi dengan audiovisual & lightning terbaik. Grand Hyatt sendiri menyediakan berbagai macam technical support sebagai techonology concierge dan tim Event & Marketing profesional yang siap membantu mempersiapkan acara. Grand Hyatt Jakarta Grand Hyatt Jakarta Sampoerna Strategic Square Sampoerna Strategic Square menyediakan ballroom mewah dengan glass dome yang unik dan taman yang indah. Ballroom luxury yang luas dan dengan kapasitas sampai dengan 1000 orang ini merupakan salah satu venue terbaik untuk event fashion show di Jakarta. Gedung ini juga sering mendapatkan penghargaan karena advanced technology, comprehensive infrastructure, dan perhatiannya terhadap natural ecology. Sampoerna Strategic Square Sampoerna Strategic Square Empirica Empirica adalah event space saat business days dan merupakan nightclub saat weekend, club ini terletak di Sudirman yang merupakan pusat bisnis. Tempat ini merupakan pilihan sempurna untuk fashion show dengan bebagai macam fitur yang ditawarkan, tentunya mulai dari sound system beserta lightning terbaik yang sudah terjamin, main dining hall dari Empirica sendiri memiliki bar terpanjang di asia dengan panjang 38 meter yang dapat diubah menjadi runway catwalk, dan tidak ketinggalan teknologi 3-dimensional projection mapping yang dapat membuat interior lebih hidup dengan dramatic backdrops dan cinematic scenes lewat alat motion graphic tersebut. Empirica Empirica Soehanna Hall Soehanna Hall merupakan salah satu venue yang dilengkapi dengan set audio terbaik di Jakarta. Dengan kapasitas sampai dengan 600 orang dan audio system yang sangat berkualitas, Soehanna Hall adalah tempat yang sangat cocok untuk event Fashion Show. Venue ini juga mempunyai high quality wodden panels yang akan membuat event fashion show menjadi semakin exclusive. Soehana Hall Soehana Hall Fairmont Jakarta Grand ballroom dari Fairmont Jakarta juga merupakan salah satu pilihan terbaik untuk mengadakan fashion show, keunggulannya terdapat dalam teknologi multi-color LED ceiling lights sehingga fashion designer dapat memilih color ambience yang sesuai mulai dari warna putih, biru, ungu, pink, atau hijau. Kapasitas tempat ini dapat menampung lebih dari 1500 orang, dilengkapi foyer dengan ukuran 500 square meters membuat tempat ini ideal untuk berbagai jenis acara, salah satunya fashion show. Fairmont Jakarta Fairmont Jakarta Mandarin Oriental Jakarta Untuk menyelenggarakan fashion show , Mandarin Oriental juga merupakan pilihan yang bagus karena terletak di pusat kota Jakarta. Selain itu terdapat expert team of event planners yang dapat membantu dalam setiap proses, memastikan bahwa semua berjalan dengan baik dari perlengkapan runway, lightning, soundsystem, sampai dengan detail kecil seperti dekorasi bunga. Tempat ini sendiri memiliki ballrom elegan dengan kapasitas 800 orang lebih, ruangan tersebut juga dapat dibagi menjadi tiga ruangan berbeda sehingga pengaturan sangat fleksibel sesuai kebutuhan. Mandarin Oriental Jakarta Mandarin Oriental Jakarta The Dharmawangsa Jakarta The Dharmawangsa adalah 5-star luxury hotel yang terinspirasi dari kesenian dan budaya asli Indonesia. Hotel yang mempunyai ballroom dengan interior yang sangat indah ini akan merupakan salah satu Venue di Jakarta yang sangat cocok untuk event Fashion Show. Ecological Green Hotel yang berlisensi HACCP qualification ini terletak di daerah emas kota Jakarta. The Dharmawangsa Jakarta The Dharmawangsa Jakarta Maroush Terletak di dalam Crowne Plaza Hotel, Maroush merupakan salah satu restoran terindah di Jakarta. Memasuki pintu depan dari tempat ini sudah memberikan kesan unik karena cahaya lampu redup dikombinasikan dengan motif Hands of Fatima yang akan selalu kamu temui setiap sudut ruangan maroush, memberikan kesan unik tersendiri. Terdapat tiga area berbeda di dalam restoran ini, pertama setelah pintu adalah sheesha lounge dan champagne bar, kemudian terdapat emerald Green Chef’s table yang membuat kamu seperti seorang Sheikh, dan Red Room, private area yang memiliki dining table dengan ukiran langsung dari timur tengah. Seluruh area Maroush dapat di gabungkan sehingga bisa menampung lebih dari 200 orang, untuk fashion show yang beberapa area dapat dijadikan runway lengkap dengan backstage & private room. Maroush Maroush Segarra Segarra Ancol merupakan tempat yang sempurna bagi yang ingin membuat event fashion show secara terbuka outdoor. Selain dengan kapasitasnya yang besar, Segarra Ancol juga dilengkapi dengan pemandangan dan suasana indah di pinggir pantai yang sangat cocok untuk event fashion show yang bertema pantai atau summer. Segarra Segarra Rumah Maroko Mansion yang terletak di pusat kota Jakarta ini merupakan tempat yang sempurna untuk mengadakan Fashion Show dan meng-entertain tamu exclusive anda. Tempat ini terbagi menjadi beberapa bagian, seperti main ballroomnya yang sangat cocok dijadikan runway dan beberapa ruangan lainnya yang bisa digunakan untuk fungsi lainnya. Venue dengan kapasitas sampai dengan 500 orang ini dan dengan dekorasi bangunannya yang unik Ancient Moroccan architecture akan menjadikan setiap acara fashion show yang diadakan disini menjadi sangat spesial. Rumah Maroko Artikel ini pernah dipublikasikan di
Berkonsep taman bunga hingga mobil pemadam kebakaran, runway berikut ini bertema sangat unik Sumber foto Jakarta - Pagelaran busana atau fashion show merupakan ajang unjuk gigi para desainer terkenal untuk menampilkan karya terbaiknya di dunia fashion. Setiap tahunnya mereka selalu menghadirkan konsep baru dan unik pada model baju yang akan di bawakan dalam fashion show. Selain konsep baju, ternyata tema runway atau jalur fashion show juga dibuat unik. 5 Fakta Chris Mazder, Pendatang Baru di Olimpiade yang Menang Medali Perak Bangga, Bali Menempati Posisi Pertama sebagai Wisata Favorit di Dunia Ibu Hamil Tak Boleh Terlalu Banyak Mengonsumsi 5 Macam Vitamin Ini Dalam acara New York Fashion Week yang digelar pada bulan februari lalu, banyak runaway yang menghadirkan konsep unik yang membuat pengunjung terpesona. Seperti konsep taman bunga, luar angkasa, hingga Black Panther. Berikut empat konsep runway unik dari seluruh dunia yang kami himpun dari berbagai Konsep Pemadam KebakaranTampak pasangan kekasih yang akan menikah menjadi model dan berjalan diatas mobil pemada Sumber foto biasanya fashion show diadakan diatas catwalk, namun berbeda dengan konsep peragaan busana yang dihadirkan oleh forum taaruf Indonesia di halaman dinas pemadam kebakaran kota Yogyakarta. Mereka mengusung konsep runway di atas mobil pemadam kebakaran. Bukan model profesional, yang menjadi peserta fashion show terbut adalah para pasangan pengantin yang akan mengikuti acara nikah masal. Mereka terlihat memakai baju adat dari berbagai daerah di Indonesia dan berjalan diatas mobil pemadam kebakaran layaknya model Runway Bertema Pop CornTaburan pop corn memenuhi runway tempat model memperagakan busana Sumer foto Instagram calvinkleinDalam acara New York Fashion Week 2018, salah satu brand ternama Calvin Klein menghadirkan konsep panggung bertabur pop corn yang menghiasi sepanjang jalur catwalk. Selain itu, panggung pop corn ini dilengkapi dengan latar belakang barn atau lumbung padi sebagai tempat para model muncul. Baju yang dibawakan pun tidak kalah unik, seragam astronot serta baju pemadam kebakaran menjadi daya tarik tersendiri bagi para penikmat Konsep Taman BungaSebelum tampil para model akan menari diatas runway taman bunga Sumber foto dalam acara New York fashion week. Tory Burch menghadirkan konsep taman bunga yang terinspirasi dari teater tari Pina Bausch yang diadakan ditengah pdang bunga. Dilansir dari Tory Burch menyuguhkan busana yang didominasi warna merah muda, putih, coat, dan lainnya. Yang menarik, para model akan menari bersama sebelum berjalan di atas Konsep Tropical Oasis oleh Tommy HilfigerPara model berjalan diatas kayu yang dipenuhi air yang menggambarkan pantai tropis Sumber foto tahun 2015 lalu, konsep unik runway juga hadir dalam pagelaran busana yang digagas oleh Tommy Hilfiger. Konsep Tropical Oasis membius para pengunjung dengan runway kayu yang dipenuhi air, lengkap dengan laguna dan beach bar bernuansa tropis. Penulis Latif Munawar Reporter Sahabat Jadilah bagian dari Komunitas Sahabat dengan berbagi informasi & berita terkini melalui e-mail SahabatLiputan6 serta follow official Instagram sahabatliputan6 untuk update informasi kegiatan-kegiatan offline kami.* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
For several decades, the circus of fashion week has been an international event, a pop-culture phenomenon which captures the interest of millions as designers present their latest collections, models strut their stuff on the catwalk, celebrities perch immaculately on the front row and editors dart from one city to another, several times a year. More recently though, the role of the runway show has come into question following the explosion of social media, a reckoning regarding sustainability and, more recently, a global pandemic which halted travel and gatherings of people, all of which has led to a more digital-focused fashion week. So, while the industry resets and has an opportunity to look inwards regarding the future of the fashion show, it is interesting to consider how we got to today’s typical catwalk extravaganza, and what we can learn from its history about where we might head next.“Most fashion historians consider English designer Charles Frederick Worth as the originator of using models,” Maria Costantino, a lecturer in cultural and historical studies at the London College of Fashion, tells me. “From the mid 1860s, the house was hiring young women as what were then called demoiselles de magasins’.”A design by Charles Frederick WorthSeeberger Freres//Getty ImagesThis development changed the relationship between the dressmaker and the client. Rather than the designer coming directly to the customer, the designs were presented to clients through a defile’, which was a simple presentation without any music or other fanfare. Costantino explains that this all changed in 1901 when another English designer, Lady Duff Gordon, debuted what we can probably consider the very first catwalk show’.A model wears a dress by Lady Duff-Gordon, 1922Bettmann//Getty Images“Lady Duff Gordon presented her Gowns of Emotion’ and we saw, probably for the first time, models appearing on a stage with scenery, lighting and music, while their entrances were choreographed with poses. This theatrical innovation, complete with a printed programme, not only introduced the first fashion show as a performance, but it also introduced the idea of showing fashion to a larger assembled audience, albeit an audience of the same social class and tastes, who attended by invitation.”An early catwalk showThis show format also introduced many of the other elements that we today associate with a catwalk show, including the idea of a front row.“This introduction of the stage was also significant because it established the divide between the audience and the models, as well as the spatial distribution of the audience itself, who occupied which seats and where.”However, the traditional catwalk – in the sense of the often raised runway projecting from the stage – came from the fashion presentations that took place in department stores in the early 20th century, where they had large spaces available. These presentations for middle-class shoppers, Costantino argues, were vital in “validating and then disseminating the fashionable styles set by designers”. And, it was here that the more modern raised catwalk gained prominence and Kelly on the catwalk, 1950sIt wasn’t until the 1960s that we started to break away from these fixed and rigid spaces of department stores and salons, where designers started to be more inventive with location and setting, something which is commonplace 1965Terry Disney//Getty Images“Balmain presented a 1965 collection in a wine cellar, while Pierre Cardin held a show outdoors next to the Seine in Paris and Paco Rabanne showed at the Crazy Horse Saloon,” recalls Constantino. “It now meant that fashion shows had to adapt to the space in which it was being presented. Each new seasonal presentation meant that the fashion show had to be reimagined, and the scene – the setting, the music, the lights and the choreography – had to be redesigned along with the collection.” From here, the fashion show just got bigger, particularly once we headed into the Léger, 1993Getty Images“The supermodel – and the super shows – in the 1990s that cost millions to stage are indicative of the economic investment and the market value of the major fashion brands and of consumer culture and spending in this period,” Costantino explains, adding that the enormous amounts of money spent led to fashion shows becoming a “visual spectacle”, but didn’t really add or change anything to the basic concept of what a fashion show this point, pre-social media, fashion houses were still in complete control of the imagery and video footage that was released, making the shows more elitist and exclusive than they are now. “Fashion was what the fashion house and the fashion media said fashion was,” she says. “It was in their interests to maintain this symbiotic power relationship with fashion brands as media advertisers.”Calvin Klein, 1993In fact, although there had been instances of fashion houses allowing the public in – Thierry Mugler’s 1984 show was the first of its kind to let people buy tickets – the catwalk show was largely inaccessible to the public, with the shows happening behind closed doors for fashion editors, buyers, celebrities and private clients. When social media arrived of course, this all changed.“The purpose of fashion shows has not changed at all,” Steven Kolb, CEO of the Council of Fashion Designers of America, tells me. “It has always been about creating visibility and exposure for a designer’s collection with the ultimate intention of selling clothes. As the world became more connected, the fashion show evolved from smaller, local events to larger international experiences. The onslaught of technology put fashion weeks within reach of people who otherwise had no access to the shows. With that, fashion became a pop-culture phenomenon and a source of entertainment.”Narcisco Rodriguez, 2006As a result, the digital boom of fashion week suddenly exploded, as those on the front row shared their fashion-week experiences with the rest of the world. Street style followed as the fashion influencer was born – and the whole circus which we have come to recognise as fashion month was fully formed.“Over the past 10 years, social media played an increasingly important role in fashion weeks, giving more people more access to events and experiences that were once aimed only at a select group of industry insiders, celebrities and high-net worth individuals,” Caroline Rush, chief executive of the British Fashion Council Marc Valvo, 2007All this led to the even further democratisation of fashion week; brands chose to livestream their shows to all, while London Fashion Week opened its physical doors to the public with consumer-facing shows, for which tickets could be purchased.“Fashion designers have a role in not only showcasing design but also reflecting society and moments in time,” Rush says. “As chief executive of the BFC for the past 11 years, I have witnessed immense change in the presentation of fashion shows first hand.”Dior, 2012These changes have only been exaggerated over the past two years as coronavirus swept across globe, resulting in designers being forced to embrace a digital format while travel and gatherings continue to be heavily restricted. A few seasons into this new world though, and it’s still not clear how things will pan out.“The intense interest in fashion layered more and more shows and activations onto the global calendar and pushed brands to invest resources in order to stand out from the crowd,” Kolb says. “The pandemic has been a reset. It’s a time when designers are beginning to scale back and take stock of the impact of a show.”Chanel, 2017Many designers embraced the creative challenge this presented, showcasing their collections via fashion films or shoots and finding inventive new ways to pull audiences in. In some ways, it gave the industry an opportunity to see what could be done without a traditional catwalk show. However, statistics from the Paris Fashion Week spring/summer 2021 show season suggested that brands who still held some form of 'traditional' catwalk fared best."While social media interest in Paris Fashion Week significantly decreased this year compared to last, the designers who did have the most success on social media were those who scaled back their presentation the least," Tracy David, chief marketing officer at data and analytics firm Listen First told WWD. "With the pandemic with us for the foreseeable future, designers that are able to find safe and creative ways to return spectacle to the runway will generate the most social media interest around upcoming fashion events."This suggests that we are not quite there yet in forming a replacement for the time-honoured catwalk format. For many, clearly, digital doesn’t quite cut it.“Fashion shows will never go away,” Kolb argues, while Rush admits that “digital will never replace the magic of in-person gatherings and events”. Versace, 2018And of course, this pandemic won’t last forever, but that is not to be said that the industry should revert back to how things were. The role of fashion week was already being called into question.“The pandemic has incited a reset of the industry that was long overdue and this must be seen as an opportunity to set us up for the future,” Rush says. “It has allowed us time to reflect and deepen the conversation around sustainability and the role the fashion industry has to play when it comes to issues such as global warming and the use of natural resources. This is an important conversation that we will continue to have beyond the period.”“It’s time for change,” Costantino adds. “The concept of fashion itself emerged at a time when economic and social changes encouraged us to discard clothes before they were worn out, to think of clothes as visible signifiers of economic status and through which we constructed our gender, race, ethnic and other identities along mainstream, normative ideologies established in a white, Western, patriarchal society. While such discourses are increasingly questioned and challenged in society, fashion continues to maintain its presentations along these old lines.”Dolce & Gabbana, 2021Costantino suggests that the catwalk show “as an audio-visual spectacular” may have “reached its zenith” and that the focus may move from the architecture of a show back to the importance of design. But, we can’t rely on fashion houses and brands to make this change “It is not in their interests to do so.”“The mode of fashion presentations will change because of pressures largely from outside the industry – from digital technologies; from issues arising because of questions centred around ethical production, consumption and sustainability; from the experiences of Covid, lockdowns and social distancing, and, most importantly, from new designers and creatives who actively engage in exploring the nature of their practice and examining fashion as part of our material culture.”This future could well be in the development and embrace of technologies that many brands have only just started to touch on or in others that have not really been seen yet, she argues. What seems fundamental though is that change is coming and designers will need to be receptive to how society is moving forward and how attitudes are changing if they want to survive. What comes next will be fascinating to watch – whether we're doing so from the front row or the sofa.
Selama beberapa dekade, pekan mode telah menjadi acara santapan internasional, sebuah fenomena budaya pop yang menarik minat jutaan orang ketika desainer mempresentasikan koleksi terbaru mereka. Tak lupa dengan para model yang memamerkan barang-barang mereka di atas catwalk, selebriti berderet rapi di barisan depan, dan para editor melesat dari satu kota ke kota lain, beberapa kali dalam setahun. Namun, baru-baru ini, peran runway show telah dipertanyakan, menyusul hadirnya ledakan media sosial, perhitungan terkait keberlanjutan, dan pandemi global yang menghentikan perjalanan dan pertemuan orang-orang. Kondisi tersebut menyebabkan fokus pekan mode mengarah ke digital. Jadi, sementara industri me-reset dan memiliki kesempatan untuk melihat secara saksama mengenai masa depan peragaan busana, menarik bagi kita untuk mempertimbangkan bagaimana kita sampai pada catwalk ekstravaganza yang khas hari ini. Tidak hanya itu, menarik juga untuk mencari tahu apa yang dapat kita pelajari dari sejarahnya dan ke mana kita akan menuju selanjutnya. “Sebagian besar sejarawan mode menganggap bahwa desainer Inggris Charles Frederick Worth adalah pencetus dari penggunaan model dalam runway,” kata Maria Costantino, dosen studi budaya dan sejarah di London College of Fashion, kepada saya. “Sejak pertengahan tahun 1860-an, rumah mode tersebut telah mempekerjakan wanita muda yang kemudian disebut 'demoiselles de magasins'.” Perkembangan tersebut telah mengubah hubungan antara penjahit dan klien. Alih-alih desainer datang menemui pelanggan secara langsung, desain yang dimiliki disajikan terlebih dahulu kepada klien melalui 'defile', yaitu sebuah presentasi sederhana tanpa musik atau keriuhan lainnya. Maria menjelaskan bahwa perubahan tersebut terjadi pada tahun 1901, ketika desainer Inggris lainnya, Lady Duff Gordon, memulai debutnya pada apa yang mungkin dapat kita anggap sebagai 'pertunjukan catwalk' pertama. “Lady Duff Gordon mempersembahkan 'Gowns of Emotion' dan kami melihat, mungkin untuk pertama kalinya, model muncul di atas panggung dengan pemandangan, pencahayaan dan musik. Bersamaan dengannya, gaya jalan dari para model dikoreografikan dengan berbagai pose. Inovasi teatrikal ini, yang lengkap dengan program cetaknya, tidak hanya memperkenalkan peragaan busana pertama sebagai pertunjukan, tetapi juga memperkenalkan ide dalam menampilkan mode kepada lebih banyak hadirin. Namun, sebagian besar penontonnya berasal dari kelas sosial dan selera yang sama.” Tak hanya itu, format pertunjukan tersebut juga memperkenalkan kita dengan banyak elemen lain yang sekarang sangat terkait dengan pertunjukan catwalk, termasuk gagasan tentang penonton barisan depan. “Pengenalan terhadap panggung ini juga penting karena mampu membentuk jarak antara penonton dan model, serta distribusi spasial penonton itu sendiri, siapa yang menempati kursi mana dan di mana.” Namun, catwalk tradisional, yaitu runway yang sering dipuja yang diproyeksikan dari atas panggung, berasal dari presentasi mode yang berlangsung di department store pada awal abad ke-20. Pada waktu itu, tempat-tempat tersebut memiliki ruang yang luas. Menurut Maria, presentasi untuk pembeli kelas menengah ini sangatlah penting, khususnya dalam "Memvalidasi dan kemudian menyebarkan gaya modis yang ditetapkan oleh sang desainer". Di sinilah catwalk yang lebih modern menjadi terkenal dan populer. Tahun 1960-an menjadi titik tolak lokasi tempat runway diadakan. Secara perlahan, mereka mulai melepaskan diri dari ruang department store dan salon yang kaku. Mereka pun beralih ke tempat yang lebih inventif dengan lokasi dan pengaturan khusus, sesuatu yang lumrah untuk ditengok pada saat ini. “Balmain mempersembahkan koleksi tahun 1965-nya di sebuah gudang anggur, sementara Pierre Cardin mengadakan pertunjukan di luar ruangan, di sebelah Seine di Paris. Paco Rabanne pun mengadakannya di Crazy Horse Saloon,” kenang Constantino. “Ini berarti peragaan busana harus beradaptasi dengan ruang tempat ia ditampilkan. Kehadiran dari presentasi musiman baru harus didampingi dengan penataan ulang sebuah lokasi dan berbagai adegan harus dirancang ulang bersama dengan koleksinya, seperti pengaturan, musik, lampu, dan koreografi.” Dari sinilah perkembangan peragaan busana semakin besar, apalagi ketika memasuki era tahun ’90-an. “Pada tahun 1990-an, supermodel dan pertunjukan super tersebut menelan biaya jutaan dolar untuk sebuah pentas. Hal tersebut adalah indikasi dari investasi ekonomi dan nilai pasar dari merek fashion utama serta budaya konsumen dan pengeluaran pada periode ini,” jelas Maria, sembari menambahkan bahwa jumlah uang yang dikeluarkan mampu membuat peragaan busana menjadi “tontonan visual”, namun tidak benar-benar menambah atau mengubah apa pun menjadi konsep dasar peragaan busana sebelumnya. Pada titik ini, yaitu pra-media sosial, rumah mode masih memegang kendali penuh atas citra dan rekaman video yang dirilis, membuat acara tersebut terlihat lebih elitis dan eksklusif daripada sekarang-sekarang ini. “Fashion adalah apa yang dikatakan oleh rumah mode dan media fashion ketika ditanya mengenai fashion,” katanya. "Mereka berkepentingan untuk mempertahankan hubungan kekuatan simbiosis ini dengan merek fashion yang berperan sebagai pengiklan media.” Faktanya, terdapat beberapa contoh rumah mode yang mengizinkan publik masuk, seperti pertunjukan Thierry Mugler pada tahun 1984. Pertunjukkan tersebut adalah pertama kalinya publik dapat membeli tiket untuk menyaksikan sebuah peragaan busana. Meskipun begitu, sebagian besar pertunjukan catwalk tidak dapat diakses oleh publik. Acara tersebut biasanya berlangsung secara tertutup, hanya untuk editor mode, pembeli, selebriti, dan klien pribadi. Tentu saja ketika media sosial tiba, semua hal ini berubah. “Tujuan dari peragaan busana tidak berubah sama sekali,” kata Steven Kolb, CEO Council of Fashion Designers of America. “Tujuannya sellau mengenai menciptakan visibilitas dan keterpaparan untuk koleksi desainer, dengan tujuan akhir menjual pakaian dari koleksi tersebut. Saat dunia menjadi lebih terhubung, peragaan busana berkembang dari acara lokal yang kecil menjadi pengalaman internasional yang lebih besar. Serangan teknologi menempatkan pekan mode ke dalam jangkauan orang-orang yang tidak memiliki akses ke pertunjukan. Dengan begitu, fashion telah menjadi fenomena budaya pop dan sumber hiburan.” Sebagai hasilnya, pekan mode secara digital secara mendadak meledak, ketika mereka yang berada di barisan depan berbagi pengalaman pekan mode yang mereka miliki dengan orang-orang di seluruh dunia. Gaya jalanan mengikuti saat influencer mode lahir dan pada saat itulah seluruh sirkus yang kita kenal sebagai bulan mode sepenuhnya terbentuk. “Selama sepuluh tahun terakhir, media sosial memainkan peran yang semakin penting dalam pekan mode, memberi lebih banyak orang akses ke acara tersebut dan pengalaman yang dulunya ditujukan hanya untuk sekelompok orang dalam industri, selebriti, dan individu berpenghasilan tinggi,” jelas Caroline Rush selaku kepala eksekutif dari British Fashion Council. Semua hal tersebut mengarah pada demokratisasi lebih lanjut dari pekan mode, di mana berbagai merek memilih untuk menyiarkan langsung pertunjukan mereka untuk dikonsumsi semua orang, sementara London Fashion Week memperbolehkan publik hadir di sana dengan membeli tiket sebelumnya. "Perancang busana tidak hanya berperan dalam menampilkan desain, tetapi juga mencerminkan masyarakat dan momen pada waktunya," kata Caroline. "Sebagai kepala eksekutif BFC selama 11 tahun terakhir, saya telah menyaksikan perubahan besar dalam presentasi peragaan busana secara langsung.” Perubahan tersebut hanya dibesar-besarkan selama 12 bulan terakhir karena pandemi Covid-19 melanda seluruh dunia. Situasi tersebut memaksa para desainer untuk menggunakan format digital, sementara perjalanan dan pertemuan harus terus dibatasi. Dua musim ready-to-wear telah memasuki dunia baru ini dan masih belum jelas bagaimana semuanya akan berjalan dengan baik. "Ketertarikan yang kuat pada mode membuat semakin banyak pertunjukan dan aktivasi ke dalam kalender global dan mendorong berbagai merek untuk menginvestasikan sumber daya agar menonjol dari kerumunan," kata Steven. “Pandemi telah diatur ulang. Ini adalah waktu ketika desainer mulai mengurangi dan mempertimbangkan dampak dari sebuah pertunjukan.” Banyak desainer yang telah menerima tantangan kreatif tersebut, dengan memamerkan koleksi mereka melalui film atau pemotretan mode. Mereka pun menemukan cara baru yang inventif untuk menarik penonton masuk dan menyaksikannya. Dalam beberapa hal, kondisi tersebut memberi kesempatan kepada industri untuk melihat apa yang bisa dilakukan tanpa pertunjukan catwalk tradisional. Namun, statistik dari musim pertunjukan Paris Fashion Week musim semi/musim panas 2021 menunjukkan bahwa merek-merek yang masih memegang catwalk 'tradisional' mendapatkan hasil terbaik. "Ketika minat media sosial di Paris Fashion Week pada tahun ini menurun secara signifikan jika dibandingkan tahun lalu, desainer yang paling sukses di media sosial adalah mereka yang paling sedikit mengurangi presentasi mereka," ungkap Tracy David, kepala pemasaran di perusahaan data dan analitik Listen First kepada surat kabar ternama. "Dengan keberadaan pandemi di masa mendatang, desainer yang mampu menemukan cara yang aman dan kreatif untuk mengembalikan tontonan ke runway akan membangkitkan minat media sosial paling besar seputar acara mode mendatang” Kondisi tersebut menunjukkan bahwa kita belum cukup sampai di sana’ dalam membentuk pengganti dari format catwalkyang sudah lama dihormati. Bagi banyak orang, jelas bahwa digital tidak cukup berhasil dalam menjadi sang alternatif. "Fashion show tidak akan pernah hilang," ucap Steven, sementara Caroline mengakui bahwa "Digital tidak akan pernah menggantikan keajaiban pertemuan dan acara yang diadakan secara langsung". Tentu saja pandemi ini tidak akan berlangsung selamanya. Namun, tidak berarti industri harus kembali ke keadaan semula. Saat ini, peran pekan mode sudah dipertanyakan. “Pandemi telah memicu pemulihan industri yang sudah lama tertunda dan ini harus dilihat sebagai peluang untuk mempersiapkan kita di masa depan,” kata Caroline. “Pandemi telah memberi kami waktu untuk merefleksikan dan memperdalam percakapan seputar keberlanjutan dan peran yang harus dimainkan oleh industri fashion dalam hal isu-isu seperti pemanasan global dan penggunaan sumber daya alam. Ini adalah percakapan penting yang akan terus kami lakukan setelah periode tersebut berlalu.” “Sudah saatnya untuk berubah,” tambah Maria. “Konsep fashion itu sendiri muncul pada saat perubahan ekonomi dan sosial mendorong kita untuk membuang pakaian sebelum usang, menganggap pakaian sebagai penanda status ekonomi yang terlihat. Melalui hal itu, kita membangun identitas gender, ras, etnis, dan lainnya yang bersamaan dengan ideologi normatif maupun aurs utama yang didirikan dalam masyarakat kulit putih, Barat, dan patriarki. Sementara wacana seperti itu semakin dipertanyakan dan ditantang di masyarakat, fashion terus mempertahankan presentasinya di sepanjang garis lama’ ini.” Maria mengatakan bahwa pertunjukan catwalk "sebagai pertunjukan audio-visual yang spektakuler" mungkin telah "mencapai puncaknya". Menurutnya, fokusnya dapat beralih dari arsitektur pertunjukan kembali ke pentingnya desain. Namun, kami tidak dapat mengandalkan rumah mode dan merek untuk membuat perubahan ini "Mereka tidak berkepentingan melakukannya.” “Mode dari presentasi fashion akan berubah karena tekanan yang sebagian besar berasal dari luar industri, yaitu dari teknologi digital; dari masalah yang timbul karena pertanyaan yang berpusat pada produksi etis, konsumsi dan keberlanjutan; dari pengalaman Covid-19, lockdown, social distancing, dan yang terpenting, dari desainer dan para kreatif baru yang secara aktif terlibat dalam mengeksplorasi sifat praktik mereka dan memeriksa mode sebagai bagian dari budaya material kami.” Masa depan ini juga bisa termasuk dalam perkembangan dan perangkulan teknologi yang baru saja mulai disentuh oleh banyak merek atau di merek lain yang belum benar-benar terlihat, katanya. Apa yang tampaknya mendasar adalah bahwa perubahan akan datang dan desainer harus bisa menerima bagaimana masyarakat bergerak maju serta bagaimana sikap dapat berubah jika mereka ingin bertahan. Apa yang terjadi selanjutnya akan menarik untuk ditonton, apakah kita melakukannya dari barisan depan atau dari sofa. Penulis Amy de Klerk; Artikel ini disadur dari Bazaar UK; Alih Bahasa Fatimah Mardiyah; Foto Courtesy of Bazaar UK
Istilah catwalk mungkin sudah familiar bagi Anda. Karena sering mendengar melalui stasiun televisi, atau internet. Tapi, bagaimana konstruksi catwalk?. Apakah Anda pernah melihat “benda” ini?. Apa fungsi, dan jenis-jenisnya berapa?. Belum tahu kan?. Nah, menjadi pembahasan utama dalam artikel ini. Adalah tentang hal-hal yang di pertanyakan tadi. Namun sebelumnya perlu diketahui. Pula, harus diakui. Tidak semua bangunan memiliki konstruksi catwalk. Bahkan, tidak semua pelaku konstruksi yang paham cara merancang, menghitung, maupun memasang catwalk. Lalu, kalau demikian, bagaimana mungkin bisa memperoleh manfaat yang maksimal?. Maka dari itu, tidak heran. Ketika saya hunting kata kunci ini di internet. Yang muncul adalah catwalk perancah scafoldig, dan fashion show. Lalu, mesin perayap saya “paksa” mencari lagi. Ternyata yang muncul adalah versi bahasa Inggris. Artinya apa teman-teman?. Mengenai konstruksi catwalk ternyata belum pernah dibahas. Dalam bentuk artikel, maupun video. Difinisi, manfaat dan esensi catwalk Catwalk adalah sebuah konstruksi bangunan yang menyerupai jembatan kecil, yang terpasang pada ketinggian tertentu, serta berfungsi sebagai penghubung antara 2 jenis ruang, atau bangunan. Secara spesifik, kegunaan catwalk adalah jalur berjalan kaki, yang hanya digunakan secara periodik oleh orang-orang tertentu. Antara lain pada saat melaksanakan maintenance bangunan. Seperti perawatan atap, instalasi lampu, instalasi pipa pemadam kebakaran, pemasangan detektor asap. Serta, yang berkaitan dengan utilitas bangunan. Selain pemasangan pada bangunan, konstruksi catwalk juga sering ditemui pada alat berat, dan kapal. Pada dasarnya memiliki fungsi tang sama. Tapi, berkenaan dengan mobilitas, serta keamanan pekerja. Catwalk umumnya dilengkapi dengan lampu hazard. Beda dengan catwalk yang terpasang di dalam gedung. Umunya juatru tersembunyi. Dan, hanya diketahui oleh orang-orang bersangkutan. Maka dari itu dalam hal pemakaian, konstruksi catwalk yang berada di dalam bangunan lebih jarang. Dibanding catwalk yang terdapat pada alat berat. Sebelumnya letak pemasangan telah di singgung. Jenis konstruksi catwalk ada 2, yakni di dalam, dan di luar bangunan. Pun dapat di kategorikan berdasarkan eksistensi. Yakni menjadi satu kesatuan dengan bangunan, atau bukan pada bangunan. 1. Berdasarkan cara pemasangan Konstruksi catwalk terbagi menjadi 4 macam, yaitu Sistem suspensi Layaknya jembatan gantung, catwalk mengandalkan kekuatan pada 2 buah kabel, yang terpasang pada kedua ujung rangka catwalk. Kabel tersebut sekaligus berguna sebagai pengaman railing bagi yang menggunakan catwalk. Sistem ini sering pula ditemui pada taman bermain. Atau, daerah-daerah wisata alam. Mengantung pada atap Catwalk seluruhnya tergantung pada konstruksi atap. Tapi, bukan mengandalkan kabel. Sebagaimana dijelaskan pada sistem suspensi. Melainkan menggunakan material baja yang sangat kuat, dan kaku. Sehingga, ketika konstruksi catwalk digunakan tidak goyang. Menempel pada dinding Jenis catwalk yang paling banyak ditemui adalah menempel pada dinding. Sistem ini juga yang sering terlihat pada alat berat, maupun kapal. Layaknya sebuah balkon, tapi pemasangannya sepanjang dinding. Terbentang diantara 2 titik tumpuan Konstruksi catwalk yang paling aman, dan sering diterapkan untuk menghubungkan 2 bangunan gedung adalan mengadopsi konstruksi jembatan. Balok utama terikat pada 2 titik tumpu. Dengan menggunkan baut angkur, atau sambungan baut mur. Beberapa praktik lain, masih memungkinkan dilakukan untuk memasang catwalk. Selain 4 jenis catwalk yang kami sebutkan. Misalnya dengan sistem hidrolik. Namun, sampai saat ini belum pernah kami temui. Entah kalau Anda ?. 2. Berdasarakan jenis bahan Kategori catwalk juga dapat dibedakan menurut jenis bahan yang digunakan. Tentu, paling banyak adalah terbuat dari material besi. Dan, secara khusus kami mereferensikan material ini. Mengingat besarnya resiko yang kita hadapi, saat menggunakan catwalk. Urutan kedua adalah material kayu. Implementasi catwalk kayu sering diterapkan untuk menghubungkan sebuah bangunan, dengan decking. Kelemahannya, kayu harus terpasang secara permanen. Alias, tidak bisa bongkar pasang. Sementara material besi bisa. Beda catwalk fashion dan catwalk konstruksi Karena diawal pembahasan kita adalah dominan pada jenis-jenis catwalk. Tak elok, kalau catwalk fashion show tidak kita bahas. Walau dua-duanya sangat mirip. Tapi, terdapat perbedaan yang signifikan. Terutama dalam hal ukuran, elevasi dan fungsi. Kalau, konstruksi catwalk pada umumnya hanya bisa di lalui 2 orang. Dan, berada pada ketinggian lebih dari 3,0 meter. Tapi, catwalk fashion show adalah untuk dilalui banyak orang. Serta, hanya berada sekitar 1-1,5 meter, diatas permukaan tanah. Jadi, persis seperti panggung pertunjukan. Terdapat pula perbedaan dalam hal keramaian. Catwalk yang terdapat pada gedung sifatnya rahasia. Artinya letak, dan penggunaannya tidak diketahui oleh orang banyak. Beda dengan catwalk fashion show. Selain pada keramaian, juga menjadi tontonan khalayak umum. [Penutup] konstruksi catwalk fashion show pakai apa? Jawaban paling tepat adalah pakai material baja prefabrikasi. Dan, sistem bongkar pasang. Umumnya rangka catwalk terbuat dari material besi siku, dan UNP. Sementara tiang, dan balok adalah menggunakan baja WF. Kemudian lantai, pakai kayu multipleks yang tebal, atau papan GRC. Model tersebut juga yang sering diterapkan pada panggung, yang berada di lapangan terbuka. Oleh beberapa EO Even Organizer, bekerja sama dengan usaha persewaaan kursi, dan tratak. Oke. Demikan penjelasan mengenai konstruksi catwalk. Semoga bermanfaat.
catwalk fashion show adalah