Danpada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz) Tidakada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan. Dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)." (Q.S. Al-An`am : 59) Tidakada sehelai daun pun yang gugur melainkan ianya di dalam pengetahuan Allah. Tidak ada suatu pun yang bergerak melainkan ianya di dalam pemerhatian Allah. Dia tahu niat-niat baik yang ada di Berkaitandengan ayat ini, Ibnu Abbas Radhiyallahu 'Anhu menjelaskan, bahwa tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia (Allah) mengetahuinya. Juga tidak ada sebuah pohon pun, baik di daratan maupun di lautan, melainkan ada Malaikat yang diperintahkan untuk menjaganya. Malaikat itu mencatat daun-daun yang gugur dari pohon itu. ï»żUntukitu taubat nasuha tidak berhenti ku pohonkan Amal soleh ku cuba rangkai, mendidik hati dengan ehsan Rahmat Allah semoga terkesan Pada diri yang kerdil ini dan semoga hasrat kesampaian MendapatTaman Syurga yang ku idamkan, Semoga tanpa hisab, bersama semua yang ku sayang. GUGUR DI LEMBAH REDHA MU Teringat peristiwa musim gugur semasa remaja Dan tiada sehelai daunpun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula) (Al An'aam:59) Mungkinkah alam sedang memurnikan diri? Pandemi Covid-19 tidak saja membuat para pemimpin dunia sibuk menjaga kesehatan rakyat dan perekonomian negara. Juga menjadi ajang para ahli untuk menyumbangkan pemikirannya. hXy6. Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di Daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan dia mengetahuinya pula dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi, dan tidak seseuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata Lauh Mahfudz; al - An'aam;59 sampai daunpun di atur dengan Allah, semuanya sudah di takdirkan Allah, aku akan bercerita sedikit mungkin berbagi semangat. siapa sangka, aku yang dulu tidak pakai jilbab sama sekali mulai memakai jilbab, siapa sangka , aku yang dulu pakai jilbab nya petak, dan diiket keleher kini sudah memakai jilbab syari bak mukena. apakah aku merasa lebih baik dari kalian yang belum mengenakannya? tentu saja tidak, aku tidaklah ada apa apanya dibandingkan orang yang sudah benar benar berhijrah. masih teringat awal kali aku menggunakan hijab hampir tiap hari itu dikarenakan pekerjaan. rasanya gatal kepala, sakit kepala, tapi ya aku berusaha melapangkan hati toh hanya untuk pergi bekerja saja.. jadi pernah suatu hari aku di panggil keruang HRD, ia memanggilku, dia menyampaikan begini "Ki, ada yang mau di sampaikan tapi jangan marah ya, aku sudah mulai takut. "apa salahku sampai dia memanggilku kesini toh kami beda management".. ternyata dia menyampaikan, beberapa laki-laki di kantor tidak fokus, kakak mendengar mereka membicarakan kiki mengenai postur tubuh. coba besok di panjangkan saja jilbabnya ya.. jangan sedih ya, biasa itu laki".. jawabku tentu saja iya kak baiklah.. keluar dari ruangan. aku malu dan benci sebenci-bencinya terhadap laki-laki di kantor itu khususnya bagian operasional,karena mereka tidak mengenalku sama sekali berani-beraninya mereka membicarakan tentang tubuhku. aku menangis, dan teman kantor membujukku, sudah ki. biasa itu laki-laki kampungan, ya aku tau dia hanya mencoba membuat ku tersenyum.. tapi dari situ aku belajar, sebaik apapun sikap kita kepada orang lain, belum tentu mereka akan bersikap manis kepada kita.. pernah lagi ketika aku mulai akrab dengan teman laik-laki di kantor, salah seorang perempuan di kantor, seperti meledekku, mencemeeh ku. sambil berkata " sabar sabar yak, ih kenapa itu dekat-dekat" dalam hatiku, kenapa sih mbak toh kami bekerja karena saling bergantungan, dan mbak tu urus aja suaminya jangan gangguin suami orang di kantor sambil manja manja suaranya.. tapi ya sekali lagi inilah sifat asli manusia, kita tidak mampu mengontrol diri tapi sibuk mungurus kekurangan orang lain.., apakah dendam ? tidak, aku sudah membuang rasa dendam di pekrjaan lama, toh tidak ada yang menguntungkan hasil dari dendam. ************* masih ingat denganku, ketika aku ke kantor pada bulan November 2017, itu pertama kalinya jilbabku sudah mulai sangat panjang datang ke kantor, dan teman-teman mulai terheran heran.. tapi aku merasa ya wajar setiap ada yang berbeda pasti jadi pusat perhatian, aku malu saat datang ke kantor dengan jilbab seperti itu, tapi ku biarkan saja ku lawan rasa maluku.. dan aku tanamkan di pikirannku, bagaimana ayahku di akhirat pasti selama ini dia kena siksa karrena ulahku.. singkat cerita, aku memantapkan diri selama satu tahun mulai belajar agama lebih dalam, aku belajar mengaji, mengikuti kajian-kajian, bahkan memasuki lingkungan yang baru dimana teman teman kerja yang baru ini menggunakan cadar. maa syaa Allah.. "Ketika kita benar-benar ingin berubah Allah memberikan kemudahan, apakah semua itu berjalan dengan mulus ? tentu saja tidak, pasti ada kerikil" tanjakannya, biar semua terasa nikmat.. jadi mungkin motivasi yang ku sampaikan jangan lelah mengejar kebaikan, ingat 1 nyinyiran dari orang lain, jangan jadikan kamu lemah. buat kalau kamu mampu dan buktikan sama mereka-mereka kita lebih baik, dan mari kita ajak dia dalam kebaikan. Oleh Ahmad Hadian Ketua DPD PKS Kab. Batu Bara – Sumatera Utara Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daunpun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya pula, dan tidak jatuh sebutir bijipun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata Lauh Mahfuzh. al An’am 59 Ma’ashirol Muslimin Rahimakumullah, Pernahkah kita menyempatkan diri menghitung berapa helai daun yang jatuh dari pohon di halaman rumah kita? Ini mungkin terkesan sepele, sama sepelenya dengan arti sehelai daun dalam pandangan kita. Apa pentingnya bertanya seperti itu, dan sejauh apa pentingnya daun-daun pepohonan bagi kita? Di situlah masalahnya. Kita umumnya cenderung mengabaikan hal-hal yang kecil. Pohon rambutan di halaman rumah kita, misalnya, yang selalu kita perhatikan adalah sudahkah tumbuh bunganya ? Buahnya sudah masak atau belum, dan sebagainya. Sedangkan berapa helai daunnya yang jatuh, kita tentu tak pernah menghitungnya? Namun, tidak demikian halnya dengan Allah SWT. Dalam surat Al-An’aam 59 dikatakan, Dia mengetahui setiap helai daun yang jatuh wama tasquthu min waraqatin illaa ya’lamuha. Bayangkan, setiap helai daun Allah ketahui dengan pasti. Apa makna dari perbuatan Tuhan ini? Buat apa Tuhan menghitungi daun-daun? Apa Tuhan tidak ada kerjaan sehingga sempat-sempatnya melakukan sesuatu yang menurut pandangan kita sangat sepele itu? Makna ayat ini adalah tamsil, ini bukanlah bahwa Tuhan kurang kerjaan, tetapi bahwa apa-apa yang kita melalaikannya, Dia justru memperhatikannya. Hal-hal yang dalam pandangan kita kecil, sepele, bagi Dia tetap memiliki nilai dan arti. Pesan pentingnya adalah, jika yang kita anggap sepele saja Dia perhatikan, apatah lagi hal-hal yang kita anggap penting. Jika yang kecil-kecil saja tidak pernah lepas dari penglihatan Dia, apalagi yang besar-besar. Jika sesuatu yang seremeh helai daun saja Dia perhatikan, apalagi manusia dan semua perbuatannya, karena manusia tentu saja jauh lebih penting daripada sekadar helai daun. Dalam pandangan Allah, semua adalah penting, semua bermakna. Seluruh benda hidup dan benda mati menjadi urusan bagi Dia, tak ada kecuali barang satu dan sedikit pun. Begitu pula atas segala perbuatan manusia di dunia ini, baik amal yang kecil maupun yang besar, yang sedikit maupun yang banyak. Dalam surat Az-Zalzalah 7-8 dikatakan, setiap perbuatan manusia, entah yang baik atau buruk, meski sebiji zarrah mitsqal dzarratin akan tetap dimintai pertanggungjawabannya kelak di akhirat. Orang-orang solih di masa lalu mengerti benar ajaran ini, dan mereka mengim-plementasikannya dalam setiap gerak kehidupan. Sheikh Idris –ayahanda Imam Syafi’i– misalnya, rela berjalan menyusuri ke hulu sungai, hanya untuk mencari pemilik dari sebuah delima yang terbawa arus sungai dan ia telah menyantapnya, itu dilakukannya untuk minta kehalalan. Sayang sekali, makna ataupun ajaran terdalam yang tersirat dari surat Al-An’aam 59 itu, yakni tentang kontrol moral, sekarang ini justru telah tercampakkan jauh-jauh dari arena kehidupan kita. Kita seringkali tidak menyadari atau pura-pura tidak sadar atau bahkan berani melawan kesadaran, bahwa Allah maha menatap apapun yang kita kerjakan dalam kehidupan ini. Buktinya adalah kita selalu saja berani melakukan maksiat-maksiat terutama maksiat yang merupakan dosa kecil yang kita anggap sepele. Kita selalu beranggapan bahwa setelah melakukan hal itu toh kita bisa bertaubat. Saudaraku, kata rasulullah saw, perumpamaan orang yang melakukan dosa kecil itu adalah seperti seseorang yang mengumpulkan ranting kayu untuk dibuat api unggun, semakin lama semakin menumpuk ranting tersebut. Maka manakala sudah menumpuk kemudian ia membakarnya, maka timbullah api yang besar yang akan mampu membakar segala sesuatu yang ada disekelilingnya. Demikian pula dosa-dosa kecil itu, jika terus kita kumpulkan, maka kita akan semakin asyik dengannya dan semakin lupa untuk kembali ke jalan yang benar, akhirnya dosa besar pun mulai kita lakukan, kemudian kita tersesat semakin jauh dan sulit untuk kembali. Na’udzu billah min dzalik. Lebih dari itu saudaraku, dosa kecil itu ibarat butiran pasir yang terselip disela-sela jari kaki. Seorang pendaki gunung contohnya, akan sangat siap menghadapi ganasnya medan dengan mempersiapkan segala sesuatu berupa perlengkapan pendakian. Mereka telah menyiapkan sepatu bertapak khusus untuk mengantisipasi licinnya lereng yang terjal, mereka juga telah siap dengan tali temali sebagai alat bantu keselamatan. Lalu ada ransel besar yang mereka bawa berisi pakaian tebal anti cuaca dingin dan tidak lupa pula tentunya bahan makanan sebagai persediaan, dan alat-alat kelengkapan lainnya. Tetapi ternyata saudaraku, mereka selalu saja tidak siap menghadapi sebutir pasir yang menyelinap masuk kedalam kaus kakinya, lalu terselip di antara jari kakinya, kemudian ia mengakibatkan lecet yang semakin lama semakin mengganggu, bahkan menimbulkan rasa sakit yang luar biasa dan sangat mungkin menyebabkan kecelakaan yang fatal. Nah saudaraku kaum Muslimin rahimakumullah, kita selalu siap dan hati-hati sekali menghindari kesalahan-kesalahan besar dalam hidup ini, tetapi kita seringnya justru tergelincir karena kesalahan yang kecil. Maka mulai sekarang waspadalah kita terhadap segala bentuk penyimpangan dan dosa, sebab sekecil apapun dosa itu, Allah melihatnya dan mencatatnya. Kalau Allah begitu mengenali kesalahan-kesalahan kecil manusia, apatah lagi kesalahan-kesalahan besar yang kita kerap lakukan ?? Budaya korupsi yang begitu mengakar dalam diri bangsa ini misalnya, kebiasaan Risywah sogok menyogok yang sudah menjadi syarat bagi mendapatkan segala sesuatu sudah sedemikian menjadi-jadi dan sebuah kelaziman, itu semua sesungguhnya berpangkal pada lemahnya kontrol moral kita sebagai manusia. Manusia ini memang cenderung selalu lebih takut kepada yang nampak saja, padahal yang nampak itu punya berbagai kelemahan dan hakikatnya tidak abadi. Sementara Allah yang nota bene tidak nampak itu tidak kita takuti, padahal kekuasaannya meliputi segala sesuatu dan Sang pemilik keabadian. Ketika seseorang takut kepada pengawasan makhluk, maka ia mencoba untuk mengakali kemampuan pengawasnya dan mungkin saja ia berhasil mengelabui sang pengawas itu. Tetapi siapapun orangnya yang mencoba mengakali Allah Sang Pengawas tertinggi itu, ketahuilah bahwa DIA adalah pencipta akal manusia, DIA akan tetap tahu apa yang kita lakukan bahkan apapun yang kita rencanakan. Wahai hamba-hamba Allah yang lemah, mari kita kuatkan kembali perasaan dan keyakinan akan Muroqobatullah perasaan senantiasa diawasi oleh Allah sebab hanya dengan begitu kita akan selamat dan terhindar dari perbuatan yang menyimpang. Akan tetapi saudaraku muslimin rahimakumullah, permasalahannya kemudian adalah bahwa untuk bisa memiliki sifat muroqobatullah itu tidaklah semudah merencanakannya. Untuk bisa memiliki perasaan senantiasa diawasi Allah swt itu tidak bisa ujug-ujug begitu saja, ini semua perlu upaya, perlu latihan yang diawali dengan pemahaman yang benar tentang hal ini. Al Ustadz Sa’id bin Muhammad Daib Hawwa Sa’id Hawwa dalam kitabnya “al Mustakhlash fii tazakiyyatil anfus” yang merupakan penyempurnaan dari kitab Ihya Ulumuddin nya Imam al Ghozali, mengemukakan tentang teori dan langkah-langkah memperbaiki diri. Itu semua ternyata harus dimulai dengan langkah-langkah penyucian jiwa Tazkiyyatun Nafs yang dimulai dari rajin bermuhasabah sebelum tidur yaitu merenungkan kembali perjalanan hidup yang telah kita lakukan seharian, jika kita menemukan dosa maka kita segera beristighfar, jika kita menemukan kebaikan kita bersyukur dan berdo’a agar esok pagi kita mampu mengulanginya dengan kebaikan yang lebih besar. Langkah berikutnya, memutaba’ah diri yaitu memberikan target-target amalan kepada diri sendiri seperti mentargetkan untuk tetap membaca qur’an sekian ayat dalam sehari, mentargetkan untuk berpuasa sunnah sekian hari setiap minggunya, qiyamul lail sekian kali dalam sepekan, mentargetkan harus bershodaqoh setiap hari meskipun kecil, mendawamkan sholat berjamaah dimasjid, selalu istighfar setiap waktu dan lain sebagainya. Kemudian setelah itu bermujahadah yaitu berusaha dengan sungguh-sungguh melawan kemalasan dalam melaksanakan target-target pribadi itu. Akhirnya langkah itu ditutup dengan Mulaazamatush sholihin bergaul senantiasa dengan orang-orang sholih yaitu menjaga pergaulan kita sehari-hari. Agar kita bisa istiqomah dalam kebaikan, terhindar dari dosa besar maupun kecil, maka kita wajib bergaul dengan orang-orang yang memang sudah berhasil bisa berubah, merubah dirinya dari kejahiliyahan menjadi orang yang memelihara diri dengan amalan sholihnya. Yakinlah saudaraku, bahwa pergaulan itu adalah pintu masuk. Manakala kita bergaul dengan para sholihin, insya Allah lambat laun kita akan menjadi sholih dan sebaliknya manakala kita berkawan dengan orang jahil, cepat atau lambat kita pun akan terikut menjadi jahil. Rasul saw pernah bersabda “al mar-u alaa diini kholilihi, falyanzhur ahadukum man yukhollil” = seseorang itu tergantung kepada agama sahabatnya, maka setiap kamu hendaklah berhati-hati dengan siapa kamu bersahabat. Saudaraku muslimin rahimakumullah. Dengan siapapun kita memang harus berkawan, kita memang harus bergaul. Tetapi yang dimaksud dengan pergaulan dalam hal ini adalah memilih sahabat, kawan akrab yang bisa menjadi tempat curhat. Teman yang bisa jadi kawan diskusi dan berbagi. Kalau bergaul secara sosial dalam kehidupan bertetangga dan bermasyarakat, bergaulah sebagai mana mestinya, tak baik kita beda-bedakan mereka atas dasar apapun. Tetapi dalam memilih sahabat seperjalanan tentunya kita harus punya pilihan. Demikianlah mudah-mudahan bisa memberikan pencerahan dan semoga kita ditunjukan kejalan yang benar, dijumpakan dan dikumpulkan dengan kawan-kawan yang sholih dimana kita bisa belajar dan bersama-sama menjalani sisa hidup ini dengan selamat dibawah ridho Allah swt. Amiin allahumma amiin, aquluu qouli hadza wa astaghfirullaha liy walakum. Edisi Cetak No. 21/Thn-8/2008 4 Rabi’ul Akhir 1429 H This entry was posted on Jumat, April 25th, 2008 at 128 pm and is filed under Uncategorized. You can follow any responses to this entry through the RSS feed. You can leave a response, or trackback from your own site. Navigasi pos Previous Post Next Post » “Dan tiada sehelai daunpun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya pula Al An’aam59 Mungkinkah alam sedang memurnikan diri? Pandemi Covid-19 tidak saja membuat para pemimpin dunia sibuk menjaga kesehatan rakyat dan perekonomian negara. Juga menjadi ajang para ahli untuk menyumbangkan pemikirannya. Ada pendapat yang nyleneh, juga banyak pakar yang tetap on the track sewaktu berkomentar. Termasuk pendapat bahwa pandemi Covid-19 merupakan cara bumi memurnikan diri. Semacam me time kali ya? Apa saja yang dilakukan bumi kala me time? Nonton drama Korea? D Ternyata jawabannya tidak sesederhana seakan berhenti. Untuk memperlambat penularan virus, penduduk dunia menghabiskan waktu di rumah. Pabrik-pabrik tutup. Maskapai penerbangan berhenti beroperasi, juga sebagian besar penghasil emisi karbon heran, gambar satelit menunjukkan adanya penurunan tingkat polusi di Tiongkok dan Italia. Penurunan emisi karbon hingga lima persen yang baru terjadi sejak akhir Perang Dunia II. Namun, dikutip dari Science Media Center, Chris Hilson, direktur Reading Centre for Climate and Justice, University of Reading mengatakan "Penurunan emisi akibat penutupan industri dan transportasi telah terjadi di mana-mana. Namun, menurut saya, ini sifatnya hanya sementara, satu kali." Pertimbangannya, emisi karbon mengalami pengurangan akibat keadaan luar biasa, bukan karena perubahan struktural. Sehingga perubahan ini tidak akan berlangsung lama, akan kembali seperti sebelum pandemi Covid-19. Penjelasan tersebut diperkuat Seaver Wang, seorang analis iklim dan energi dari Breakthrough Institute, dilansir dari situs resminya "Perlambatan ekonomi global di masa lalu menghasilkan pengurangan emisi yang hanya sementara. Setelah ekonomi membaik, tingkat emisi akan naik kembali.” Lebih lanjut Breakthrough Institute memproyeksikan penurunan emisi CO2 global sekitar 0,5 hingga 2,2 persen sebagai respons terhadap pandemi Covid-19. Namun angka tersebut belum cukup untuk mencapai target Perjanjian Paris. Laporan PBB November lalu menyatakan bahwa agar tujuan Perjanjian Paris terwujud, emisi harus turun 7,6 persen per tahun, hingga 10 tahun berikutnya. Iya juga ya? Revolusi industri yang menyebabkan penggunaan bahan bakar fosil dimulai abad ke – 18, baru terasa dampaknya di abad ke-19, dan dunia baru berusaha mengurangi kenaikan emisi karbon pada abad ke-20. Terlalu berlebihan jika mengharapkan pandemi Covid-19 yang hanya terjadi beberapa bulan, mampu menyelesaikan kerusakan ratusan tahun. Namun bukan berarti Allah SWT tak memiliki maksud sewaktu menurunkan pandemi Covid-19. Khususnya untuk Umat Islam. Semua kejadian tercantum dalam ayat-ayat Allah. Kitalah yang harus memaknai, mencari cara untuk beradaptasi, mendapat hikmahnya, kemudian keluar sebagai pemenang. "Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan tidak pula dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab Lauh Mahfuzh sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya, yang demikian itu adalah mudah bagi Allah." al-Hadiid 22 Apa saja hikmah pandemi Covid-19 yang bisa kita petik? Manfaat dirumahsaja Diam di rumah mungkin terasa aneh, karena budaya “ayah berangkat ke kantor, ibu memasak di dapur”, masih melekat erat. Padahal banyak pakar lingkungan, diantaranya David Sutasurya, Direktur YPBB Bandung memprediksi bahwa kelak manusia terpaksa bekerja di rumah. Mengapa? Jarak kantor dan rumah sangat jauh. Perkantoran di Kota Jakarta misalnya, banyak diisii pegawai yang berdomisili di Bogor, Depok,Tangerang dan Bekasi. Sekarang mereka menggunakan KRL, namun kelak bahan bakar fosil akan langka. Sehingga KAI harus menetapkan tarif tinggi yang tidak sepadan dengan income stuck yang berulang kali pada lalu lintas jalan raya yang memaksa pemerintah meningkatkan pajak kendaraan. Akibatnya hanya orang yang kaya raya yang memiliki kendaraan. Persis seperti dulu ya? Saat pasar Indonesia belum digrojok produk otomotif. Di lain pihak, banyak perusahaan yang mulai mengurangi jumlah karyawan dan menggantinya dengan beberapa fasilitas “self service”. BCA misalnya, memperbanyak mesin setor- tarik tunai, ditambah fasilitas print – out, fasilitas ganti kartu serta beberapa fasilitas lain yang membantu nasabah mempersingkat waktu kunjungan, meniadakan antrian, namun tetap mendapat layanan prima. Masa dirumahsaja bisa dijadikan fase mempertimbangkan pekerjaan yang dapat dikerjakan dari rumah saja. Khususnya mereka yang mengerjakan jenis pekerjaan berulang’ di kantornya. Masa dirumahsaja juga meningkatkan bonding time atau kelekatan antara orang tua dan anak. Walaupun paling lama 3 bulan, sesuai perkiraan kurva pandemi covid-19, syukurilah dan nikmati karunia Allah SWT ini. Baca juga Covid 19 Bikin Kangen Pake Lipstik Perilaku Hidup Bersih Tiba-tiba dunia diributkan dengan aturan mencuci tangan yang harus dilakukan selama minimal 20 detik. Lha berbeda dengan agama lain, umat Islam malah diwajibkan selalu menjaga wudhu lho. Tidak hanya tangan, juga wajah, siku, kaki sertasemua lubang harus bersih sebelum melaksanakan sholat 5 waktu, ditambah sholat sunnah, maka nggak ada alasan umat Islam untuk hidup jorok. Sedangkan penggunaan masker bisa banget dibudayakan. Dalam tulisan saya Masker yang Pernah Jadi Polemik di Era Pandemi Covid-19, dulu bangsa Jepang terpaksa menggunakan masker. Seiring waktu, masker menjadi salah satu bagian dari trend mode, tak kurang perancang kelas dunia turut meramaikan dengan beragam design dan fungsi. Ada yang tidak mudah kena noda lisptik, hingga membuat wajah tirus. Sehingga apa salahnya memakai masker agar terhindar debu, penyebab beragam penyakit jika auto imun tubuh tidak handal? Dan saya sangat berharap, paska pandemi, mereka yang sedang batuk pilek pakai masker dong, karena berpotensi menulari orang lain. Imbauan ini juga ditujukan untuk saya. Semoga saya istiqomah memakai masker sewaktu sakit namun harus keluar rumah. Pola Hidup Sehat Sering makan mie instan dengan nasi? Saya terkaget-kaget sewaktu membaca di WA grup bahwa masih banyak ibu rumah tangga melakukannya. Ya ampun saya pikir hanya mahasiswa/i makan nasi pakai mie instan D Karena merupakan pola makan yang tidak sehat. Cobalah searching untuk mengetahui jumlah kalori termasuk karbohidrat, protein dan lainnya yang dibutuhkan untuk tinggi dan berat yang dimiliki. Tentunya disesuaikan dengan jenis kegiatan. Walau saya yakin nggak ada diantara teman-teman yang menjadi kuli panggul. Daripada kebablasan dan kesulitan mengubahnya, mulai deh mengganti dengan makan sayur, seperti sayur sop, sayur asem, serta sayur bening dengan macam isian. Kentang, wortel, daun kol dalam sayur sop, serta kacang, jagung, labu siam dalam sayur asem, akan sangat mengenyangkan. Terlebih sayur demikian mengandung banyak air/kuah. Mulailah mencoba dengan sedikit nasi, kemudian meniadakan nasi sama sekali. Awalnya akan terasa sakaw/ketagihan nasi, namun lambat laun terbiasa kok. Lebih baik menghabiskan sepanci sayur asem tanpa nasi, daripada nasi dengan lauk pauk sedikit sayur asem. Baca juga BacaJuga Langsing dan Sehat Dengan Sayur asem Kacang Merah Pola makan sehat, yaitu mengonsumsi karbohidrat, protein, sayuran serta buah-buahan dengan takaran seimbang, tentunya harus diimbangi dengan olah raga dan menghindari begadang. Rumusan yang tidak bisa diganggu gugat. Indonesia Ternyata Kaya Raya Tahukah bahwa kemiri, pala dan rempah lainnya, banyak berjatuhan di tanah di kawasan Indonesia Timur? Tidak ada yang memanen, dibiarkan begitu saja karena biaya transportasi amat mahal. Kekayaan rempah-rempah yang dimiliki Indonesia mampu membuat negara Belanda betah menjajah hingga ratusan tahun, walau kemudian berkembang, Belanda menyasar hasil perkebunan seperti karet, teh dan kopi. Di masa pandemi Covid-19, masyarakat Indonesia seperti bangun dari tidur panjang. Tepatnya setelah banyak artikel menyebut empon-empon, rempah berbentuk rimpang, yang mampu menangkis Covid-19. Sebetulnya kurang tepat jika kita mengonsumsi jus empon-empon demi terhindar virus corona. Walau empon-empon mengandung zat alami, namun jika dikonsumsi berlebihan akan merusak organ tubuh, minimal ginjal. Dipihak lain, bangsa Eropa sudah mengetahui khasiat rempah-rempah dan cara mengonsumsinya. Mereka menggunakan untuk meracik kudapan, juga untuk membuat minuman dan bumbu masakan. Maka muncullah ginger cookies/bangket jahe dan ontbijtkoek/bolu rempah/roti ganjel rel/roti gambang, camilan bangsa Belanda yang resepnya disesuaikan dengan lidah Indonesia. Paska pandemi Covid-19, bisa banget menggalakkann kuliner dengan campuran rempah-rempah. Untuk bisnis kuliner maupun konsumsi keluarga. Mumpung masyarakat sudah teredukasi, sekaligus meningkatkan perekonomian para petani. source Sebagai paragraf penutup, izinkan saya mengutip ayat suci lainnya, yaitu "Sesungguhnya, Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran." al-Qamar 49 Kalimat indah yang mengingatkan umat Islam untuk menghargai ciptaan Allah SWT, dan gunakan secukupnya. Jangan keblenger mentang-mentang banyak dan memiliki materi yang berlebih. Termasuk saat pandemi Covid-19, manusia diingatkan untuk menggunakan semua yang dimiliki, yang selama ini diabaikan. Namun ambil secukupnya saja. Keberadaan Allah SWT Al-Qur`an menginformasikan kepada kita tentang kebenaran sifat-sifat Allah, “Allah, tidak ada Tuhan yang berhak disembah melainkan Dia Yang hidup kekal lagi terus-menerus mengurus makhluk-Nya; tidak mengantuk dan tidak tidur, Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Mahatinggi lagi Mahabesar.” al-Baqarah 255 “Allahlah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah, ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu.” ath-Thalaaq 12 Akan tetapi, banyak orang yang tidak menerima keberadaan Allah swt. seperti yang telah dijelaskan dalam ayat-ayat tersebut. Mereka tidak memahami kekuasaan dan kebesaran-Nya yang abadi. Mereka memercayai kebohongan bahwa merekalah yang mengatur diri mereka sendiri dan berpikir bahwa Allah berada di suatu tempat yang jauh di alam semesta dan jarang mencampuri “perkara keduniaan”. Pemahaman terbatas orang-orang ini disebutkan dalam Al-Qur`an, “Mereka tidak mengenal Allah dengan sebenar-benarnya. Sesungguhnya, Allah benar-benar Mahakuat lagi Mahakuasa.” al-Hajj 74 Memahami kekuasaan Allah swt. dengan baik merupakan ikatan awal dalam rantai keimanan. Sesungguhnya, seorang mukmin akan meninggalkan pandangan masyarakat yang menyimpang tentang kekuasaan Allah swt. dan menolak keyakinan sesat dengan mengatakan, “Dan bahwasanya Orang yang kurang akal dari kami dahulu selalu mengatakan perkataan yang melampaui batas terhadap Allah.” al-Jin 4 Kaum muslimin memercayai Allah swt. sesuai dengan penjelasan Al-Qur`an. Mereka melihat tanda-tanda keberadaan Allah pada dunia nyata dan alam gaib, kemudian mulai memercayai keagungan seni dan kekuasaan Allah. Akan tetapi, jika umat berpaling dari Allah serta gagal bertafakur kepada Allah dan ciptaan-Nya, mereka akan mudah terpengaruh oleh keyakinan-keyakinan yang menyesatkan pada saat ditimpa kesusahan. Allah menyebutnya sebagai bahaya yang potensial, dalam surah Ali Imran 154, mengenai umat yang menyerah dalam berperang, “... sedang segolongan lagi telah dicemaskan oleh diri mereka sendiri; mereka menyangka yang tidak benar terhadap Allah seperti sangkaan jahiliah....” Seorang muslim seharusnya tidak melakukan kesalahan seperti itu. Karena itu, dia harus membebaskan hatinya dari segala sesuatu yang dapat memunculkan sangkaan jahiliah dan menerima keimanan yang nyata dengan segenap jiwa sebagaimana penjelasan dalam Al-Qur`an. Taqwa kepada Allah SWT Sesuai Kesanggupan Bertaqwa kepada Allah adalah awal dari segalanya. Semakin tebal ketaqwaan seseorang kepada Allah, semakin tinggi kemampuannya merasakan kehadiran Allah. Al-Qur`an memberikan contoh beberapa rasul yang dapat kita bandingkan dengan diri kita sehingga paham bahwa kita dapat meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah swt. Allah swt. menginginkan manusia agar bertaqwa dengan sebenar-benarnya. Berbagai cara untuk menunjukkan penghormatan kepada Yang Mahakuasa dapat dilakukan, sebagai contoh berjalan di jalan Allah, melakukan perbuatan baik, mengikuti contoh-contoh yang diberikan para rasul, menaati serta memperhatikan ajaran-ajaran Allah, dan sebagainya. “Maka bertaqwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta taatlah; dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu. Dan barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.” at-Taghaabun 16 “Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah sebenar-benarnya taqwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” Ali Imran 102 Takdir Tidak ada satu pun di alam ini yang terjadi secara kebetulan, sebagaimana tertuang dalam Al-Qur`an, “... Allah mengatur urusan makhluk-Nya
.” ar-Ra’d 2 Dalam ayat lain dikatakan, “
 dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya pula....” al-An’aam 59 Dialah Allah Yang menciptakan dan mengatur semua peristiwa, bagaimana mereka berawal dan berakhir. Dia pulalah yang menentukan setiap gerakan bintang-bintang di jagat raya, kondisi setiap yang hidup di bumi, cara hidup seseorang, apa yang akan dikatakannya, apa yang akan dihadapinya, sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur`an, “Sesungguhnya, Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.” al-Qamar 49 “Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan tidak pula dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab Lauh Mahfuzh sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya, yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” al-Hadiid 22 Kaum mukminin seharusnya menyadari kenyataan yang agung ini. Sebagai konsekuensinya, sudah seharusnya mereka tidak berbuat kebodohan seperti orang-orang yang menolak kenyataan dalam hidupnya. Dengan memahami bahwa hidup itu hanya ”mengikuti takdir”, mereka tidak akan pernah kecewa atau merasa takut terhadap apa pun. Mereka menjadi yakin dan tenang seperti yang dicontohkan Nabi Muhammad saw. yang bersabda kepada sahabatnya, “Janganlah kamu berdukacita, sesungguhnya Allah beserta kita.” at-Taubah 40 ketika sahabatnya itu merasa khawatir ditemukan para pemuja berhala yang bermaksud membunuh mereka ketika bersembunyi di dalam gua. Iman kepada Allah SWT Karena Allah adalah pembuat keputusan, setiap kejadian merupakan anugerah bagi makhluk-Nya segala sesuatu telah direncanakan untuk kebaikan agama dan untuk kehidupan orang yang beriman di akhirat kelak. Kaum mukminin dapat merujuk pada pengalaman mereka untuk melihat bahwa ada sesuatu yang bermanfaat bagi diri mereka pada akhir sebuah kejadian. Untuk alasan tersebut, kita harus selalu memercayai Allah Dialah Yang Maha Esa dan Maha Melindungi. Seorang mukmin harus bersikap sebagaimana yang Allah inginkan memenuhi tanggung jawabnya kemudian berserah diri pada Allah dengan hasilnya. Ayat berikut mengungkapkan misteri ini, yang tidak diketahui oleh orang-orang yang ingkar. “... Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan keperluannya. Sesungguhnya, Allah melaksanakan urusan yang dikehendaki Nya. Sesungguhnya, Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” ath-Thalaaq 2-3 “Katakanlah, Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan oleh Allah bagi kami. Dialah Pelindung kami, dan hanyalah kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal.” at-Taubah 51 Apa yang seharusnya seorang muslim katakan kepada orang-orang yang ingkar kepada Allah swt., juga tercantum dalam Al-Qur`an, “Mengapa kami tidak akan bertawakal kepada Allah, padahal Dia telah menunjukkan jalan kepada kami, dan kami sungguh-sungguh akan bersabar terhadap gangguan-gangguan yang kamu lakukan kepada kami. Dan hanya kepada Allah saja orang-orang bertawakal itu berserah diri.” Ibrahim 12 Dalam ayat lain dikatakan, “Jika Allah menolong kamu, maka tak ada orang yang dapat mengalahkan kamu; jika Allah membiarkan kamu tidak memberi pertolongan, maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu selain dari Allah sesudah itu? Karena itu, hendaklah kepada Allah saja orang-orang mu'min bertawakal.” Ali Imran 160

tidak ada sehelai daunpun yang gugur melainkan allah